KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya,sehingga penulis dapat menyelesaikan MAKALAH ini. Dengan judul
Seni Grafis
Adapun penulis mengharapkan, makalah
ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pembaca pada umumnya dan penulis
khususnya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Walaupun demikian semoga hasil dari makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukannya..
Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis
miliki, karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Permasalahan
Perkembangan seni rupa kontemporer kini sudah mulai banyak memberikan dampak
positif terhadap berbagai kalangan. Baik itu orang yang awam terhadap dunia
seni rupa bahkan seniman-seniman sekalipun turut andil dalam meramaikan masa
seni rupa kontemporer. Segala sesuatunya kini sudah menjadi sangat mudah dan
dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. Ini merupakan suatu
kemajuan dunia seni rupa.
Namun jika ada dampak positif maka dampak negatif pun perlu kita sortir sebagai
bahan evaluasi. Contohnya saja dalam hal perkembangan seni murni, saat ini
banyak orang yang mencampur-adukan bahkan mengubah image seni murni menjadi
desain. Bisa saja hal ini dilakukan, karena termasuk ke dalam hal eksplorasi
karya. Namun istilah seni murni itu sendiri sejalannya waktu akan pudar apabila
istilah seni murni tidak diaplikasikan ke dalam praktiknya.
Kita ambil salah satu bagian dari seni murni yaitu seni grafis. Banyak orang
yang kerap kali lebih memilih mengerjakan suatu karya secara instan. Menggunakan
berbagai teknologi mutakhir untuk mendapatkan hasil karya yang memuaskan “bagi
dirinya”. Menganggap seni grafis merupakan sesuatu yang sudah “out of date”. Sungguh ironis bagi
perkembangan seni grafis, karena akan menjadi lamban sejalan dengan
berkembangnya seni rupa kontemporer. Menggunakan berbagai teknologi mutakhir
untuk menyamakan dengan hasil karga seni grafis memang hasilnya terlihat sama,
lebih rapih, bersih dan penuh eksplorasi warna. Namun nuansa rasa,
goresan-goresan serta nilai estetis yang pada karya itu tidak nampak sama
sekali, dan akan terasa berbeda dibandingkan karya grafis yang pengerjaannya
manual.
Ini merupakan suatu tantangan bagi para penggemar seni grafis untuk
membangkitkan kembali gairah dunia grafis. Dengan cara memperkaya teknik
pengerjaan, eksplorasi warna serta media yang digunakan. Agar nama seni grafis
pada wilayah seni murni tidak akan pudar bahkan beralih ke wilayah desain. Oleh
sebab itu penulis mengambil judul makalah ini “Eksplorasi Warna pada Cetak Grafis
I dengan Tema Animal Figure”
B. Rumusan
Masalah
1. Apa saja yang dibutuhkan dalam
membuat karya grafis?
2. Bagaimana teknik pengerjaan karya
grafis?
3. Bagaimana proses pewarnaan grafis?
4. Seperti apa hasil akhir karya yang
diperoleh?
C. Tujuan
1. Mempertahankan seni grafis sebagai
bagian dari seni murni
2. Memperkenalkan seni grafis kepada
masyarakat awam
3. Memenuhi tugas prasyarat UAS mata
kuliah Seni Grafis I
4. Melatih keterampilan mahasiswa dalam
membuat karya ilmiah
D. Manfaat
1. Mengetahui peralatan dan bahan yang
dibutuhkan dalam membuat karya grafis
2. Mengetahui teknik pengerjaan karya
grafis
3. Mengetahui proses pewarnaan karya
grafis
4. Memperoleh hasil karya grafis
sebagai dokumentasi kekaryaan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Seni Murni
Seni murni merupakan seni yang hanya dapat dinikmati keindahannya, tidak
dilihat dari segi praktis atau kegunaannya. Salah satu contohnya adalah seni
grafis. Karya grafis dapat diapresiasi melalui nilai-nilai visual bagi yang
melihatnya. Namun para seniman grafis terkadang tidak memperhatikan keindahan
karya yang dibuat untuk orang lain, melainkan dengan tujuan mencapai kepuasan
batin. Sehingga seni murni identik dengan tujuan estetik seniman itu sendiri
bukan berdasarkan tujuan estetik apresiator.
B. Pengertian
Seni Grafis
Seni
grafis adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya menggunakan
teknik cetak, biasanya di atas kertas. Kecuali pada teknik Monotype, prosesnya
mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak, ini yang disebut
dengan proses cetak. Tiap salinan karya dikenal sebagai 'impression'. Lukisan
atau drawing, di sisi lain, menciptakan karya seni orisinil yang unik. Cetakan
diciptakan dari permukaan sebuah bahan, yang umum digunakan adalah: plat logam,
biasanya tembaga atau seng untuk engraving atau etsa; batu digunakan untuk
litografi; papan kayu untuk woodcut/cukil kayu. Masih banyak lagi bahan lain
yang digunakan dalam karya seni ini. Tiap-tiap hasil cetakan biasanya dianggap
sebagai karya seni orisinil, bukan sebuah salinan. Karya-karya yang dicetak
dari sebuah plat menciptakan sebuah edisi, pada masa seni rupa modern
masing-masing karya ditandatangani dan diberi nomor untuk menandai bahwa karya
tersebut adalah edisi terbatas.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Persiapan
Peralatan dan Bahan dalam Membuat Karya Grafis
- Peralatan yang DibutuhkanPensil (untuk membuat sketsa gambar)
- Penggaris (untuk mengukur plat dan ukuran kertas sketsa)
- Ampelas (untuk menghaluskan permukaan plat yang akan dicukil)
- Spidol (untuk menebalkan/mempertegas sketsa)
- Kain bekas (untuk menggosok-gosok kertas yang berisi gambar objek, pada saat proses memindahkan gambar dari kertas ke plat karet)
- Cungkil (untuk mencungkil plat sesuai bentuk gambar)
- Roller (digunakan pada saat proses pencetakan yaitu memberi warna pada plat yang sudah dicungkil)
- Sendok (untuk memindahkan hasil cetakan dari plat ke kertas, dengan cara digosok)
¨
Bahan-Bahan
yang Dibutuhkan
1) Kertas HVS
2) Minyak Kayu putih (untuk memindahkan gambar sketsa dari
kertas di atas plat, dengan cara dituangkan kemudian digosok-gosok dengan kain)
3) Plat karet
4) Cat khusus cetakan grafis
5) Tiner (untuk menghilangkan sisa-sisa
cat yang menempel di tangan atau di plat pada saat semua proses sudah selesai
dilaksanakan)
B. Teknik
Pengerjaan Karya Grafis
1. Membuat sketsa karya (Sketching)
Penulis melakukan pengerjaan membuat sketsa di atas kertas HVS terlebih dahulu.
Sebelumnya penulis menyesuaikan ukuran plat karet terlebih dahulu. Kemudian
antara plat karet yang satu dan yang lainnya ukurannya disamakan.Dengan cara
dipotong menggunakan cukil yang pipih seperti cutter. Sketsa yang telah dibuat menggunakan pensil kemudian
ditebalkan menggunakan spidol.
2. Penempelan sketsa karya di atas plat
(copying and transferring)
Setelah proses membuat sketsa selesai, proses yang selanjutnya adalah membuat
salinan atau fotokopi sketsa dengan jumlah yang sama dengan plat karet, yaitu 3
lembar. Sketsa fotokopian tersebut di pasang di atas plat karet, sesuaikan
ukurannya. Lipat bagian sisi-sisi kertas ke dalam, sehingga menutupi bagian
permukaan plat karet yang akan diberi gambar. Setelah itu, tuangkan minyak kayu
putih di atasnya kemudian gosok-gosok rata ke seluruh permukaan plat dengan
menggunakan kain. Lakukan proses pemindahan gambar ke semua plat karet yang
disediakan.
3. Pencungkilan plat (grubbing)
Proses pemindahan gambar telah selesai dilakukan. Proses yang selanjutnya
dilakukan adalah mencungkil plat. Ada 3 plat yang harus di cungkil dengan letak
cungkilan yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut:
∙
Plat yang dicungkil sebagai background karya,
Pada pencungkilan plat ini, maka bagian yang dicungkil adalah bagian objek
gambar. Bagian objek gambar dicungkil habis, sehingga hanya menyisakan bagian background.
∙
Plat yang dicungkil sebagai outline objek,
Pada pencungkilan plat ini, maka bagian yang dicungkil adalah bagian background. Bagian background dicungkil habis, sehingga hanya tersisa gambar objek
saja yang seperti bayangan.
∙
Plat yang dicungkil sebagai
isian/penghias bagian objek.
Pada pencungkilan plat ini, maka bagian yang dicungkil
adalah bagian dalam objek. Pencungkilan ini menyesuaikan dengan gambaran objek
seekor burung. Pencungkilan yang dilakukan dengan tujuan agar memberikan kesan
tekstur pada karya. Seperti menggambarkan bahwa bagian yang dicungkil itu
adalah bagian sayap burung, paruh burung, mata burung, dan sebagainya.
4. Proses Pewarnaan
Setelah
proses pencungkilan selesai, kemudian penulis melakukan pewarnaan pada plat
yang sudah dicukil. Pewarnaannya menggunakan cat khusus untuk cetak grafis.
C. Proses
Pewarnaan Karya Grafis (Proses Pencetakan Karya)
Setelah proses pencungkilan selesai, tahap selanjutnya
adalah proses pewarnaan, inilah yang dinamakan proses pencetakan karya.
Berbagai karya yang dicetak dapat dianggap sebagai karya orisinil dan edisi
terbatas. Sehingga bukan plat yang sudah dicukil yang berupa karyanya, itu
hanya bagian dari proses kekaryaan. Brikut ini penulis jabarkan mengenai
tahap-tahap proses pewarnaan (proses mencetak):
1. Pada proses pewarnaan pertama kali
plat yang di-roll adalah plat yang
digunakan untuk bagian background.
Ambil warna yang paling gelap terlebih dahulu. Tempelkan di atas kertas,
setelah itu kertas dibalik sehingga plat berada dibawah dan posisi kertas
berada di atas. Kemudian tunggu kering, tetapi proses pengeringan yang maksimal
memakan waktu 1 hari,
2. Setelah warna background kering, maka proses pewarnaan selanjutnya adalah bagian
bayangan objek (bidang objek). Setelah plat di-roll maka tempelkan di atas cetakan background. Sesuaikan ukurannya, kemudian kertas dibalik sehingga
bagian plat berada di bawah dan posisi kertas berada di atas. Gosok-gosok
secara merata dengan menggunakan sendok. Angkat kertas secara perlahan, mulai
dari bagian sudut, hal ini untuk memastikan apakah warna sudah menempel secara
keseluruhan atau belum. Jika ada bagian yang masih belum rata, maka dapat
ditambahkan cat lagi dengan cara menempelkan cat sedikit saja pada bagian plat,
kemudian lakukan lagi proses penggosokan agar warna cetakan menjadi rata.
Tunggu cetakan tersebut kering selama 1 hari,
3. Setelah cetakan bagian bidang objek
kering, maka proses cetakan berikutnya adalah bagian isian bidang objek.
Penulis melakukan 2 teknik pada bagian isian bidang objek, yaitu:
∙ Teknik pertama dilakukan hanya
menumpuk warna cetakan (bagian cetakan isian bidang objek ini ukurannya sama
dengan plat background dan plat
bidang objek). Jadi warna yang dihasilkan nanti adalah warna cetakan background akan tertutup oleh cetakan
isian bidang objek. Karena bagian background-nya
tidak dicungkil.
∙ Teknik kedua yaitu dengan cara
memotong bidang cetakan isian objek. Sehingga hasil cetakan nanti yang menumpuk
warnanya hanya di bagian objek
Biasanya cetakan pertama merupakan cetakan uji coba yang dinamakan edisi.
Kemudian apabila hasil cungkilan ternyata kurang terlihat maka plat dapat
dicungkil kembali dan dicetak kemabali, inilah bagian yang dinamakan cetakan
pertama. Pada bagian karya ditulis nama pembuat karya dan urutan cetakannya.
D. Hasil
Karya Grafis
Setelah melalui berkali-kali tahap pencetakan dengan cara eksplorasi warna,
maka penulis telah mendapatkan karya yang pas untuk judul makalah ini yaitu
“Eksperimentasi Warna pada Cetak Grafis I dengan Tema Animal Figure”. Jumlah plat memang ada tiga lembar, tetapi penulis
mencoba mencampurkan banyak warna ke dalam karya cetakan. Sehingga timbul
beberapa gradasi. Berikut ini merupakan hasil karya yang warnanya sudah
dieksplorasi.
Pada hasil karya diatas terdapat
beberapa warna yang digunakan yakni abu-abu, hitam, kuning, oranye dan merah.
Dengan rincian sebagai berikut:
1. Warna pada background adalah abu-abu dan hitam,
2. Warna pada gambar pohon adalah
oranye dan kuning (pada gambar 24) dan kuning (pada gambar 25), namun karena
bertumpuk dengan warna abu-abu ataupun hitam, maka timbul warna hijau.
3. Warna pada objek burung adalah
kuning pada bagian setengah badan dari atas ke bawah, dan merah dari bagian
ekor ke atas. Maka ditengah-tengah badan burung akan timbul warna oranye.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Membuat karya grafis memang susah-susah tapi mudah. Susah apabila tergesa-gesa
dan mudah apabila mengerjakannya dengan sabar dan menikmati prosesnya. Di dalam
cetak grafispun tidak hanya satu warna saja yang dipakai, melainkan kita dapat
memngolah warna-warna tersebut menjadi sebuah gradasi, sehingga tidak
menjemukan ketika dilihat. Mungkin ini salah satu cara penulis untuk memberikan
suatu stimulus bagi orang-orang yang mau belajar seni grafis dan mempertahankan
eksistensinya di dunia seni murni. Penulis yakin orang-orang lain dapat lebih
kreatif dengan berbagai cara, teknik dan media dalam membuat karya grafis agar
tidak terkesan monoton.
B. Saran
Semoga bagi para pembaca dapat menggali lagi pengetahuan dan mengasah lagi
keterampilan dalam membuat karya grafis. Dan meningkatkan kreativitas dalam
membuat karya grafis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya.
0 komentar:
Posting Komentar